Tariharun07.blogspot.co.id -
SINOPSIS MOHABBATEIN episode 316 “RAMAN MENGUGAT CERAI”
Sinopsis Mohabbatein Episode 81 Kamis 20 Oktober 2016 Di rumah keluarga Bhalla, Raman berpamitan pada seluruh keluarganya,
seluruh keluarga Bhalla merasa sedih dengan kepergian Raman “Aku harus
pergi sekarang karena jalanan pasti macet” ujar Raman, seluruh keluarga
Bhalla meminta ikut menemani Raman ke bandara “Kamu juga seharusnya
bertemu dengan Ishita dan Ruhi dulu, Raman” Raman langsung menyela “Aku
akan pergi sendirian dan aku tidak akan bisa pergi kalau aku melihat
Ruhi” ujar Raman sambil hendak
bergegas keluar rumah “Ibu, ibu harus menghentikan kak Raman kalau
tidak nanti Ishita akan bertengkar dengannya”, “Pergilah, Raman ,,, jaga
dirimu baik baik” Raman mengangguk mengiyakan ucapan ibunya “Romi, tolong jaga semuanya ya dan jangan sakiti siapapun ! Jadilah anak yang baik” Romi mengangguk dan menimpali ucapan Raman
“Aku
akan menjadi anak yang baik, kak ,,, dan kakak bisa memarahi aku via
email, aku pasti akan merindukanmu, kak” Raman langsung memeluk Romi dan
meminta ke Mihir untuk mengurusi kantor “Tapi Raman, kamu akan pulang
dalam beberapa hari ke depan kan ?” tanya Bala cemas “Bala, kamu ini
orang yang sempurna, aku tidak bisa mengatakan apa apa padamu” Raman
kemudian berpamitan pada semua orang, Simmi langsung menyela “Kakak, ini
salah ! Kakak mengucapkan selamat tinggal pada semua orang tapi
bagaimana dengan Ishita ?”, “Aku
akan bicara dengannya lewat telfon” kemudian Raman bergegas pergi dari
sana, nyonya Bhalla hanya bisa menangis melihat kepergian Raman dan
berdoa untuk kebaikan Raman
Raman
sedang dalam perjalanan sambil memikirkan Ishita, sementara itu Ishita
dan Ruhi baru saja sampai dirumah dan langsung menangis sedih ketika
mengetahui kalau Raman telah pergi meninggalkan mereka “Bagaimana bisa
dia pergi begitu cepat ?” tanya Ishita heran, saat itu Mani datang
kesana dan bertanya tentang Raman “Apakah kamu tidak pergi ?”, “Raman
bahkan tidak mau menemui aku, Mani” ujar Ishita heran “Ada masalah apa
dengannya, Ishu ?”, “Aku tidak tahu, Mani ,,, dia bahkan tidak ingin
melihat wajah Ruhi yang sedang menangis” ujar Ishita sedih “Omong kosong
apa ini ? Dia itu berbohong, Ishu !” Ishita kaget “Apa ?”, “Dia itu
meminta dipindahkan ke Singapura dan tinggal disana, Raman bahkan
mengatakan pada MDnya kalau dia tidak ingin keluarganya berada disana
dan mengambil apartemen yang kecil disana, dia itu berbohong sama kamu,
Ishu ,,, aku baru saja bertemu dengan MDnya tadi, aku juga kaget ketika
mengetahui tentang hal ini, aku tidak tahu kalau dia akan pergi selama
lamanya, kemarin malam ketika aku bertemu dengan dirinya, dia itu
bicaranya sangat aneh sekali dan sekarang aku mengerti semuanya” Ishita
tertegun
“Apakah
dia mengatakan semua ini sama kamu ?” tanya Ishita “Jadi itulah
sebabnya dia menangis semalam” sela nyonya Bhalla “Aku akan bicara
dengannya” timpal tuan Bhalla, tepat pada saat itu Pathak datang kesana
“Pathak, ada apa ?” tanya Mihir heran “Tuan Abhi benar, tuan Raman ingin
pergi jauh dari nyonya Ishita, dia mengatakan padaku untuk memberikan
file ini pada anda, nyonya ,,, dan anda bebas sekarang” Ishita terkejut
begitu melihat surat cerai yang diberikan oleh Pathak, pengacara Raman, Ishita menangis memikirkan kata kata perpisahan Raman kemarin “Tuan
Raman mencegah aku agar jangan mengatakannya pada anda, nyonya ,,, dan
meminta aku untuk memberikan file ini ke anda begitu dia sudah pergi
tapi aku tidak bisa menunggu, untuk itulah aku datang kesini” semua
orang merasa heran dengan apa yang diperbuat oleh Raman
“Kenapa
dia melakukan ini semua ?” Mani menimpali ucapan nyonya Bhalla “Raman
merasa kalau dirinya tidak pantas untuk Ishita, untuk itulah dia pergi
meninggalkan Ishita dan memberikannya kebebasan”, “Kita harus bicara
dengan Raman !” Ishita langsung menyela “Jangan ! Biar aku saja yang
akan bicara dengannya, beraninya dia menceraikan aku !” ujar Ishita
kesal
Ishita kemudian mengambil surat cerai tersebut “Raman itu sudah gila !
aku akan memukulnya nanti” Romi menimpali ucapan nyonya Bhalla “Iyaaa,
kakak ipar, pergilah sana dan berikan kakakku itu pelajaran”, “Kami akan
menyusul nanti” ujar Mani “Tidak ada seorangpun yang akan menyusul
kesana, hanya ibu saja yang akan ikut, dia telah meninggalkan orang yang
telah melahirkannya dan menceraikan aku, dia tidak tahu siapa itu
Ishita Bhalla” ujar Ishita geram, mereka kemudian pergi menuju ke
bandara Indira Gandhi
Raman sudah berada di bandara Indira Gandhi,
disana dia melihat seorang gadis kecil yang memanggil ayahnya “Ayaaaah
!” Raman merasa sedih dan teringat pada Ruhi, sementara itu Ishita
sedang mengendarai mobilnya menuju ke bandara “Raman itu benar benar
tidak bisa dipercaya”, “Ishita, dia itu masih sama saja seperti waktu
kecil dulu dan aku akan menampar pipinya nanti” ujar nyonya Bhalla yang
menemaninya ke bandara, tanpa sadar ternyata Ishita melanggar lampu
merah, polisi segera menyuruhnya berhenti namun mobil Ishita terus
melaju “Aku tidak akan menghentikan mobilku, aku akan memacunya lebih
cepat lagi, dia sedang mengejar kita, ibu” ujar Ishita geram, akhirnya
polisi lalu lintas menghadangnya tepat didepan mobil Ishita, kemudian
polisi itu meminta SIM Ishita “Tolong, pak polisi ,,, biarkan kami
pergi, kami ini sedang terburu buru”, “Tunjukkan semua surat suratmu
atau anda akan kami bawa ke kantor polisi” Ishita semakin gelisah dan
berusaha menjelaskan pada polisi tersebut, ketika Ishita selesai
bercerita, polisi itu malah tertawa terbahak bahak dan berkata “Aku
sudah mendengar banyak sekali alasan sepanjang hari ini” ujar polisi
tersebut
Sementara
itu di bandara, Raman mendengar seorang laki laki berkata tentang
istrinya yang dokter gigi “Istriku itu seorang dokter gigi dan dia telah
mengurus semuanya dengan baik, dia itu serba ada, mencintai aku, tapi
ketika kami bertengkar ,,,” Raman langsung tertawa mendengar ucapan
orang tersebut, sedangkan Ishita malah memarahi polisi lalu lintas itu
dan memberikannya ceramah “Hidupku ini sudah hancur, coba pikirkan jika
hidup adik perempuanmu dan ibumu mulai hancur, apakah kamu akan berhenti
? Laki laki memang bodoh, perbuatannya menyakitkan, mereka itu tidak
punya perasaan, suamiku meninggalkan kami dan meninggalkan negara ini
karena dia merasa dia bisa membuat hidup kami menjadi lebih baik” Ishita
masih terus ngoceh di depan polisi lalu lintas
”Dia
tidak tahu kalau dia telah menghancurkan hidup kami, aku tidak tahu
apakah suamiku mencintai aku atau tidak ?” polisi itu lalu menyela
ucapan Ishita “Dengarkan aku, nyonya ,,, anda telah melakukan kesalahan
dan berkata kalau kami tidak khawatir ? Polisi Delhi bersama dengan
anda” Ishita merasa senang “Jam
berapa keberangkatannya ?” Ishita kemudian menyebutkan jam
keberangkatan pesawat yang akan ditumpangi Raman “Sayang sekali, kami
tidak bisa mencapai kesana” Ishita mulai cemas begitu mendengar ucapan
polisi tersebut “Aku akan menelfon Raman, mungkin dia mau berhenti”
Ishita bergegas menelfon Raman namun Raman tidak mengangkat telfon
Ishita, mereka semakin khawatir, Ishita kembali menggerutu “Laki laki
memang tidak peduli pada siapapun”, “Nyonya, aku punya sebuah ide untuk
membuat anda bisa sampai di bandara tepat waktu” ujar polisi itu
Di
bandara Indira Gandhi, Raman mendengar seorang pria berkata tentang
ayahnya kalau penerbangannya ada di ,,, belum juga selesai, Raman
langsung menyela “Memangnya ada masalah apa ?”, “Jangan pernah
menyayanginya, tuan ,,, ayah mertuaku orang Tamil dan aku ini Punjabi,
aku tidak bisa berkomunikasi dengannya” Raman lalu ngobrol dengan pria
ini yang memiliki persamaan yang sama, kemudian Raman memberikan
beberapa saran pada orang itu “Bagaimana kamu bisa tahu tentang
kebiasaan orang Tamil, kamu sepertinya orang Punjabi ?” Raman tersenyum
lalu berkata “Istriku, bukan maksudku mantan istriku adalah orang Tamil,
jadi aku belajar dari mereka”, “Kenapa mantan istri ? Kenapa kamu
meninggalkan dirinya, dimana kamu belajar bahasa yang sangat sulit
seperti ini darinya, wajahmu menunjukkan kalau kamu sangat mencintainya,
cinta tidak mempunyai batasan waktu, pulanglah padanya” saran orang
tersebut, Raman hanya terdiam dan kembali ke tempat duduknya tadi
Nyonya
Bhalla dan Ishita sedang dalam perjalanan menuju ke bandara, mereka
berdua sangat berterima kasih pada polisi lalu lintas karena telah
membantu mereka dengan membawa mereka menggunakan ambulans, saat itu
Raman sedang diminta untuk melakukan pengecekkan, Raman berfikir dalam
hati “Aku harus pergi, maafkan aku, Ishita” bathin Raman,
sementara Ishita berkata dengan perasaan kesal “Aku tidak akan memaafkan
kamu, Raman !” akhirnya Ishita dan nyonya Bhalla sampai juga di bandara
Indira Gandhi, mereka berdua berterima kasih pada polisi lalu lintas
itu, ketika hendak memasuki bandara, petugas bandara mencegat mereka
“Pak,
aku mohon, suamiku ada di dalam sana, aku harus bicara dengannya”
petugas itu menyela ucapan Ishita “Semua orang mempunyai ponsel,
bicaralah dengannya dengan ponsel anda, nyonya” nyonya Bhalla langsung
memarahi petugas itu dan berteriak memanggil Raman, saat itu nyonya
Verma, salah satu pegawai bandara
melintas disana dan mengenali Ishita “Dokter Ishita, aku sangat
berterima kasih padamu karena kamu telah mengobati gigi anakku waktu itu
pada malam hari” ujar nyonya Verma “Nyonya, anakku akan pergi, ijinkan
kami
masuk” pinta nyonya Bhalla dengan wajah memelas, saat itu mereka
mendengar tentang persawat yang akan berangkat ke Singapura “Nyonya
Verma, suamiku akan pergi ke Singapura dan kami harus bertemu
dengannya”, “Baiklah, aku bisa membawamu ke dalam, dokter Ishita” Ishita
dan nyonya Bhalla merasa lega “Ishita, pergilah sana dan bawa Raman
kesini, nanti ibu akan memukulnya dan mengajaknya pulang ke rumah” ujar
nyonya Bhalla lega SINOPSIS MOHABBATEIN episode 317
LIKE FANPAGE INI UNTUK UPDATE POSTING TERBARU